Kamis, 17 Januari 2019

Cinta Yang Tertidur

pensieriCinta Yang Tertidur
(Azist Haryono) 
Kisahku mulai merunduk,
Meredup hampir terkulai
langkahku enggan berjejak, dan
Kepada siapa aku titipkan tangan ini?

Telapakku memberontak, mengingat bekas tanganmu
meraba kembali tubuhku
mengingat kenangan yang hancur. 
Adakalanya kamu mengisi bola mataku.

Pada dinding kaca HP ini aku mengelus wajahmu 
parasmu takkan bersahabat lagi
Yang ada hanya awan merunduk di wajahku

Terpenjara, aku diantara kerumunan khayalan
musimku bermahkotakan gelisah
Mengingat, setiaku sampai samudera mengering

Irama pelukanmu yang dulu hangat
Masih begitu manis menggodaku
Masih meracuni jiwaku yang terlampau hanyut.

Tak kusangka pelukanmu tak seperti dahulu
Adakah yang kasar oleh alunan perasaanku?
Sampai bila air mataku mengering
Aku masih di sini dalam asmaraku

Ahhh… betapa aku rindu menidurimu
Dari usia rinduku yang masih belia
Pesonamu ayu, wajahmu bagai salju
Meluluhlantakan hawaku.

Duka karena Rindu

Dibalik kukumu yang terawat bermotif
kupu-kupu menari menghiasi jarimu
dan mereka tunduk diwajahmu,
tempat setiap rindu menggumpal.
Pada sujud-ku, kamu menjadi bahan buat dibicarakan,

Kunikmati sayatannya, lukanya
Menggigit bibirku hingga memar
Kamu adalah gumpalan frasaku
Yang berberbentuk, hingga
Pada malam, kututurkan untuk pagi
Untuk mengisi siang-ku.

Kamu masih terus meremas kuku-mu
Menahan suaramu untuk bersikap manis padaku
di hadapanku kamu tumpah-ruahkan dirimu
hingga bahkan langit sudah tahu

kalau sujud-ku tak sebersih kuku-mu, wanitaku.

Rabu, 16 Januari 2019

Doa Pecinta Kesunyian

Just A Few Good People – So Which Blessings of Your Lord Will You ...
Protes, Larut, heningnya kata-kataku
Aku melantunkan teriakanku dalam lengang
Tak ada yang menoleh kearahku
Mereka tidak paham potensi duniaku
Aku lalu menyepi dan mulai memberontak
Kata-kataku tidak pernah tidur
Dan mulai bertanya
Masih adakah yang mendengarkanku?
Aku sudah kehabisan tenaga berteriak

Mulutku gaduh oleh teriakanku sendiri
Aku melengkungkan lidahku dan mencoba bersuara
Tapi, sekali-kali tenggorokanku menyedotnya 
Aku mulai terbujur kaku

Aliran daraku mulai berkecamuk
Terhadap suara yang tak kunjung datang
Terus dan terus bersemayam

SPIRITUALITAS MEJA MAKAN


SPIRITUALITAS MEJA MAKAN
(Azist Haryono)
“Makan masih tetap menjadi sesuatu yang lebih penting untuk menjaga fungsi-fungsi tubuh. Orang mungkin tidak mengerti apa ‘sesuatu yang lebih’ itu, tetapi mereka tetap ingin berhasrat untuk merayakannya. Mereka tetap lapar dan haus akan kehidupan sakramental”
( Norman Wirzba, Food and Faith: a Theology of Eating).

Meja makan itu diibaratkan sebagai teman yang mampu menampung curahan hati (curhat) setiap orang. Adakah yang tidak mengenal dan merasakan sentuhan betapa pengalaman di meja makan itu sangat berharga? Pengalaman ada bersama meja makan sungguh menarik untuk dihayati bahkan sampai seluruh meja tersebut terisi oleh berbagai kegiatan. Konteks untuk mengetahui keberadaan meja ini adalah sebuah gambaran berkaitan dengan kehidupan mengeluarga. Setiap keluarga tentu memiliki tempat yang khusus untuk menempatkan meja makan. Ada begitu banyak corak dan bentuk meja makan yang diinginkan oleh sebuah keluarga; ada yang bulat, lonjong, persegi pajang, dll. Semuanya ini menggambarkan bagaimana kehidupan keluarga itu dapat berjalan. Sebab, makanan yang tersedia di meja makan itu ialah kebutuhan mendasar bagi keberlangsungan hidup manusia.
Urusan makan memang kelihatan sederhana, terkesan hanya sebatas membicarakan urusan perut atau selera lidah bagi kebanyakan orang saat ini. Makan dan makanan sesungguhnya tidak hanya sekedar berurusan dengan jasmani, melainkan suatu bentuk yang indah untuk mengungkapkan bagaimana sebuah keluarga menyadari betapa pentingnya membangun suatu nilai kebersamaan di meja makan terutama membahas persoalan dalam keluarga tersebut. Selain itu, makna makan tersebut juga menjadi sebuah sarana untuk memuliakan Allah, menjalin relasi dengan Tuhan dan sesama, serta menjadi simbol dari kehadiran janji dan berkat Allah dalam kehidupan manusia.

PANDANGAN THOMAS AQUINAS TENTANG HUBUNGAN ALLAH DAN KOSMOLOGI


PANDANGAN THOMAS AQUINAS TENTANG HUBUNGAN ALLAH DAN KOSMOLOGI
 (SERVASIUS HARYONO)

Pengantar
Sejarah perkembangan filsafat maupun teologi ditandai dengan adanya pencarian dan pembuktian adanya Pengada tertinggi yang memberi penerangan kepada ciptaan. Ada begitu banyak teori atau aliran yang mewarnai perkembangan dunia pengetahuan sebagai pencapaian cara kerja akal budi manusia. Kemajuan itu mempengaruhi kehidupan masyarakat di dunia melalui cara berpikir yang logis untuk memahami sesuatu.
Seni untuk membuktikan dan menyingkapkan perpaduan antara teologi dan filsafat ialah Thomas Aquinas yang hidup pada abad pertengahan, yang dipengaruhi oleh pemikiran Aristoteles dan Agustinus (antara filsafat dan teologi). Perpaduan ajaran Aristoteles dan Kristiani bukanlah sesederhana yang dapat dibayangkan melainkan suatu usaha dalam keketatan pemikiran untuk memahami konsep dunia sebagai totalitas segala sesuatu yang bagi Aristoteles alam semesta tidak memiliki awal dan akhir yang justru sangat bertentangan dengan ajaran Kristiani. Thomas Aquinas merupakan filsuf dan teolog yang teguh dan sangat pandai menyatukan bidang teologi dan filsafat untuk membuktikan eksistensi Penyebab utama. Ia memberikan pencerahan tentang hubungan Allah dengan ciptaan, dan membedakan antara pengetahuan dan keimanan manusia.

Aryiani yang Tertidur pada Tubuhku


Aryiani, alam t'lah diam 
rinduku juga belum reda 
sunyilah asmaraku
Pekat rasanya merajut tentangmu.

Engkau sebegitu rahasia
serahasia tubuhmu, meski
dahagaku menyanyi pada tubuhmu
hingga memikat, melekat erat.

Kukisahkan padamu, Aryiani
kukemas tetes-tetes embun dipagi yang murni
kukisahkan hatiku, "aku kecewa dengan rinduku".

Malam makin pekat,
bintang masih merias, merekah indah,
datang mengunjugi jiwaku yang lelap
mengantarmu padaku 
Aryianiku……
pada teliganku kamu mendesah
Mengalahkan asmaraku
menelanjangkan wajahku
meminta gemolek tubuhmu.

Kamu terus meminta padaku 
Bercumbu, berguyur pada tubuhku
hingga memberanikan penasaranku
menyanyi pada polos tubuhmu

Akh…  betapa aku rindu menghiburmu.
Dari usia rinduku yang masih muda
Hatiku bertutur
Rinduku masih memuncak, sayang! 

(Azist Haryono)
(Bogor, 14 April 2017)

Love Without Someone

  Karena waktuku yang terlalu lama,  ataukah kerinduan yang terlalu dalam  semua dirasakan pada tangisan  yang tak pantas untuk diukur. Hati...